Tugas Kelompok
M.K. belajar dan
Pembelajaran
Makalah
Hakikat mengajar
OLEH:
KELOMPOK
I
1.
JUSNAWATI
2.
AMALIAH ASTIKA
SARI
3.
SARTIKA DEWI
RAJAB
4. SELVIANA
JURUSAN
BIOLOGI
FAKULTAS
MATEMATIKA DAN ILMU PRNGRTAHUAN ALAM
UNIVERSITAS
NEGERI MAKASSAR
2011
Peningkatan kualitas pendidikan di
Indonesia dilakukan secara berkesinambungan dan sampai saat ini terus
dilaksanakan. Berbagai upaya telah ditempuh oleh pemerintah dalam usaha
peningkatan kualitas pendidikan mulai dari pembangunan gedung-gedung sekolah,
pengadaan sarana prasarana pendidikan, pengangkatan tenaga kependidikan sampai
pengesahan undang-undang system pendidikan nasional serta undang-undang guru
dan dosen.
Sebagian besar guru-guru menggunakan
metode pengajaran ceramah,tanya jawab, atau pemberian tugas dalam proses
pembelajaran. Walaupun metode tersebut masih relevan dengan perkembangan
pendidikan sekarang ini, tetapi kurang mampu mendorong siswa berperan secara
aktif. Setiap guru menyadari bahwa dalam proses belajar mengajar selalu ada
siswanya yang mengalami kesulitan belajar sehingga siswa tidak mampu mencapai
ketuntasan belajar.
Makalah ini bertujuan untuk memberikan informasi
kepada pembaca mengenai hakikat mengajar bagimana seorang guru dapat
melaksanakan proses pembelajaran yang baik dan benar sesuai yang
diharapkan peserta didik untuk mencapai tujuan pembelajaran.
Makassar,
Oktober 2011
Wassalam
Penulis
DAFTAR ISI
Halaman Judul……………………………………………………………………… i
Kata Pengantar……………………………………………………………………... ii
Daftar Isi……………………………………………………………………………
iii
BAB I PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang……………………………………………………………… 1
B.
Rumusan Masalah………………………………………………………….. 2
C.
Tujuan……………………………………………………………………… 2
BAB II TINJAUN PUSTAKA
A.
Belajar……………………………………………………………………… 3
B.
Hakikat Mengajar………………………………………………………….. 4
C.
Perubahan Perilaku Dalam Mengajar……………………………………… 6
BAB III PENUTUP
A.
Kesimpulan ………………………………………………………………. ..
13
B.
Saran………………………………………………………………………... 13
DAFTAR PUSTAKA………………………………………………………………
14
BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar
Belakang
Mengapa manusia belajar ? Jawabannya
adalah karena ia ingin mengetahui atau memperoleh pengetahuan, nilai, sikap,
dan keterampilan. Jawaban lengakapnya adalah manusia belajar karena mempunyai
bakat untuk belajar, yang dipacu oleh sikap ingin tahu dan didukung oleh
kemampuan untuk mengetahui. Manusia yang diciptakan oleh Tuhan sebagai khalifah
di atas bumi dilengkapi dengan akal sehat serta hasrat ingin tahu, sehingga ia
selalu bertanya atau mempertanyakan sesuatu, mulai dari hal-hal yang sederhana
sampai kepada hal-hal yang sangat rumit. Hasrat ingin mengetahui itu telah
tampak sejak anak masih kanak-kanak, bahkan masih bayi. Apa yang dapat
dijangkau diraihnya, dipegangnya, dimasukkan ke dalam mulutnya, dijatuhkan atau
dilemparkan. Tampaknya ia belajar, ia melakukan eksperimen. Dengan demikian ia
memperoleh pengetahuan melalui pengalaman atau eksperimen. Kemampuan manusia
untuk belajar adalah ciri yang sangat penting yang membedakan manusia dengan
hewan. Belajar bagi manusia memainkan peranan penting dalam pewarisan
kebudayaan berupa kumpulan pengetahuan, nilai sikap dan keterampilan kepada
generasi pelanjut.
Kalau
ditelusuri jalannya mengenai sejarah pendidikan ternyata bahwa sejak dahulu
kala dikalangan ahli-ahli filsafat Yunani Kuno telah terdengar suara-suara yang
menyeroti sistem pendidikan Yunani pada masa itu, terutama ditunjukkan pada
penggunaan disiplin yang sangat keras di sekolah-sekolah yang terlalu ketat dan
kaku, pengajaran yang tidak didasarkan pada pemikiran, tetapi pada tingkat
fakta-fakta. Apa yang dianggap baru dalam sistem pendidikan, ada kalanya
tidaklah baru sama sekali. Plato (427-347 S.M), seorang murid Socrates, dalam
bukunya Republica telah menyatakan :
hindarkanlah paksaan dalam pendidikan dan antarlah pelajaran anak-anak itu ke
dalam bentuk permainan. Pengetahuan tak dapat ditanamkan secara mekanik,
belajar harus didasarkan pada keinginan anak itu sendiri untuk belajar.
B.
Rumusan
Masalah
1.
Apa pengertian belajar ?
2.
Bagaimana tujuan-tujuan belajar?
3.
Bagaimana halikat mengajar?
4.
Perubahan perilaku apa yang diperoleh
dalam belajar?
C.
Tujuan
1.
Untuk mengetahui pengertian belajar.
2.
Untuk memperoleh tujuan-tujuan
belajar.
3.
Untuk dapat memahami halikat mengajar.
4.
Untuk mengetahui perubahan perilaku apa yang diperoleh
dalam belajar.
BAB
II
TINJAUAN PUSTAKA
A. BELAJAR
1. Pengertian
Belajar
Belajar
adalah perubahan tingkah laku yang relative mantap berkat latihan dan
pengalaman. Belajar sesungguhnya adalah ciri khas manusia dan yang membedakan
dengan binatang. Belajar yang dilakukan oleh manusia merupakan bagian dari
hidupnya, berlangsung seumur hidup, kapan saja, dan dimana saja, baik
disekolah, dikelas, dijalanan dalam waktu yang tak ditentukan sebelumnya. Namun
demikian, satu hal sudah pasti bahwa belajar dilakukan manusia senantiasa oleh
iktikad dan maksud tertentu ( Oemar Hamalik: 2004 : 154). Belajar adalah
mengalami dalam arti belajar terjadi dalam interaksi antara individu dengan
lingkungan, baik lingkungan fisik maupun lingkungan social. Lingkungan fisik,
contohnya buku, alat peraga, alam sekitar. Lingkungan pembelajaran yang baik adalah
lingkungan yang merangsang dan menantang siswa belajar ( Udin S. Winata Putra,
dk : 2002 : 2.3)
Skiner
(dalam Mumamad Tohri : 2007 : 4) berpandangan bahwa belajar adalah suatu
perilaku pada saat orang belajar maka responnya menjadi kuat, bila ia tidak belajar
maka responnya menurun. Dalam belajar ditemukan adanya hal berikut : 1)
Kesempatan terjadinya peristiwa yang menimbulkan respon belajar, 2) Respon
Pembelajaran, dan 3) konsekuensi yang bersifat menguatkan respon tersebut.
Dalam
belajar ditemukan adanya hal berikut :
1.
Kesempatan
terjadinya peristiwa yang menimbulkan respon belajar.
2.
Respon
Pembelajaran,.
3.
konsekuensi
yang bersifat menguatkan respon tersebut.
Belajar
(Learning) adalah salah satu topic paling penting di dalam psikologi dewasa
ini, namun konsepnya sulit untuk didefinisikan. American Heritage Dictionary
mendefinisikan sebagai berikut: “To gain
knowledge, comprehension, or mastery Throughnexperince or study” (Untuk
mendapatkan pengetahuan, pemahaman, atau penguasaan melalui pengalaman atau studi).
Tetapi kebanyakan psikolog masnganggap
definisi ini tidak bisa diterima sebab ada istilah yang samar di dalamnya
seperti pengetahuan, pemahaman, dan penguasaan. Sepanjang beberapa tahun ini
belakangan ini ada kecenderungan untuk menerima definisi belajar yang merujuk
pada perubahan dalam perilaku yang dapat diamati. Salah satu yang paling
populer adalah definisi yang dikemukakan oleh Kimball (1961) yang
mendefinisikan belajar sebagai perubahan
yang relative permanen di dalam Behavioral Potentiality (Potensi Behavioral)
yang terjadi sebagai akibat dari reinforced practice (praktik yang diperkuat).
2.
Tujuan Belajar
Menurut Sardiman (2004), mengemukakan bahwa pada dasarnya tujuan belajar
terdapat tiga jenis, yaitu :
a)
Untuk
mendapatkan pengetahuan, yaitu suatu cara untuk mengembangkan kemampuan
berpikir bagi anak untuk memperoleh pengetahuan dan kemampuan berpikir. Dengan
tujuan belajar ini akan lihat tepat sistem presentasi atau pemberian tugas
materi pelajaran.
b)
Untuk
penanaman konsep dan keterampilan yaitu suatu cara belajar menghadapi dan
menangani objek-objek secara fisik dan psikhis. Pencapaian tujuan belajar ini
cenderung dilakukan dengan cara pendemonstrasian, pengamatan, dan pelatihan.
c)
Untuk
pembentukan sikap, yaitu suatu kegiatan untuk menumbuhkan sikap mental,
perilaku dan pribadi anak. Pencapaian tujaun belajar ini dengan cara pemberian
contoh perilaku yang perlu ditiru atau tidak dengan mengarahkan anak dalam
kegiatan mengamati, meniru dan mencontoh.
B. HAKIKAT MENGAJAR
Sama halnya dengan belajar, mengajar
pun pada hakikatnya adalah suatu proses yaitu proses mengatur,
mengorganisasikan lingkungan yang ada disekitar anak didik sehingga dapat
menumbuhkan dan mendorong anak didik melakukan proses belajar. Pada tahap
berikutnya mengajar adalah proses memberikan bimbingan/bantuan kepada anak
didik dalam melakukan proses belajar. Akhirnya, bila hakikat belajar adalah
perubahan maka hakikat belajar mengajar adalah proses pengaturan yang dilakukan
oleh guru. Dalam kegiatan belajar mengajar guru sebaiknya memperhatikan
perbedaan individu anak didik, yaitu pada aspek biologis, intelektual, dan
psikologis. Kerangka berpikir demikian dimaksud agar guru mudah dalam melakukan
pendekatan kepada anak didik secara individual. Pemahaman terhadap ketiga aspek
tersebut dapat merapatkan hubungan guru dengan anak didik, sehingga memudahkan
melakukan pendekatan masteru learning dalam mengajar. Masteri learning adalah
salah satu strategi belajar mengajar pendekatan individual. Mastery learning
adalah kegiatan yang meliputi dua kegiatan yaitu program pengayaan dan program
perbaikan ( Suharsimi Arikunto : 1998 : 31)
Vernon S. Gerlach & Donal P. Elay dalam bukunya Teaching
& Media – A systematic Approach mengemukakan terjadinya belajar dengan
mengaitkan belajar dan perubahan perilaku, sedangkan perilaku itu adalah
tindakan yang dapat diamati. Dengan kata lain, perilaku adalah suatu tindakan
yang dapat diamati atau hasil yang diakibatkan oleh tindakan atau beberapa
tindakan yang dapat diamati.
Definisi-definisi yang telah dikemukakan itu diberikan oleh
ahli-ahli yang berbeda-beda pendiriannya, berbeda titik tolaknya. Akan tetapi
kalau dikaji dapat juga disimpulkan sebagai berikut :
1. Belajar itu
membawa perubahan dalam arti perubahan perilaku, baik aktual, maupun potensial.
2. Perubahan itu
pada dasarnya adalah perolehan kecakapan baru.
3. Perubahan itu
terjadi karena pengalaman, baik yang diusahakan dengan sengaja, maupun yang
tidak diusahakan dengan sengaja.
Apakah mengajar
itu ? William C. Morse & G. Max Wingo (1962) mengemukakan tiga macam
definisi mengajar, yaitu definisi tradisional, definisi menurut kamus, dan
definisi mutakhir.
1.
Secara tradisional mengajar diartikan sebagai proses memberikan
kepada pelajar pengetahuan da keterampilan yang diperlukan untuk menguasai mata
pelajaran yang telah ditentukan.
2.
Definisi kamus, mengajar diartikan sebagai menunjukkan bagaimana mengerjakan,
menjadikan mengerti, memberi instruksi kepada.
3.
Definisi mutakhir merumuskan mengajar sebagai sistem kegiatan untuk membimbing
atau merangsang belajar anak mengerti dan membimbing anak sebagai indisvidu dan
sebagai kelompok dengan maksud terpenuhinya kelengkapan pengalaman belajar yang
memungkinkan setiap anak dapat berkembang terus secara teratur mencapai
kedewasaannya.
C.
PERUBAHAN
PERILAKU DALAM BELAJAR
Dari beberapa
pengertian belajar tersebut diatas, kata kunci dari belajar adalah perubahan
perilaku. Dalam hal ini, Moh Surya (1997) mengemukakan ciri-ciri dari perubahan
perilaku, yaitu :
1. Perubahan yang disadari
dan disengaja (intensional).
Perubahan perilaku yang terjadi merupakan usaha sadar dan
disengaja dari individu yang bersangkutan. Begitu juga dengan hasil-hasilnya,
individu yang bersangkutan menyadari bahwa dalam dirinya telah terjadi
perubahan, misalnya pengetahuannya semakin bertambah atau keterampilannya
semakin meningkat, dibandingkan sebelum dia mengikuti suatu proses belajar.
Misalnya, seorang mahasiswa sedang belajar tentang psikologi pendidikan. Dia
menyadari bahwa dia sedang berusaha mempelajari tentang Psikologi Pendidikan.
Begitu juga, setelah belajar Psikologi Pendidikan dia menyadari bahwa dalam
dirinya telah terjadi perubahan perilaku, dengan memperoleh sejumlah
pengetahuan, sikap dan keterampilan yang berhubungan dengan Psikologi
Pendidikan.
2.
Perubahan yang berkesinambungan (kontinyu)
Bertambahnya pengetahuan atau keterampilan yang dimiliki pada
dasarnya merupakan kelanjutan dari pengetahuan dan keterampilan yang telah
diperoleh sebelumnya. Begitu juga, pengetahuan, sikap dan keterampilan yang telah
diperoleh itu, akan menjadi dasar bagi pengembangan pengetahuan, sikap dan
keterampilan berikutnya. Misalnya, seorang mahasiswa telah belajar Psikologi
Pendidikan tentang “Hakekat Belajar”. Ketika dia mengikuti perkuliahan
“Strategi Belajar Mengajar”, maka pengetahuan, sikap dan keterampilannya
tentang “Hakekat Belajar” akan dilanjutkan dan dapat dimanfaatkan dalam
mengikuti perkuliahan “Strategi Belajar Mengajar”.
3. Perubahan yang
fungsional.
Setiap perubahan perilaku yang terjadi dapat dimanfaatkan
untuk kepentingan hidup individu yang bersangkutan, baik untuk kepentingan masa
sekarang maupun masa mendatang. Contoh : seorang mahasiswa belajar tentang
psikologi pendidikan, maka pengetahuan dan keterampilannya dalam psikologi
pendidikan dapat dimanfaatkan untuk mempelajari dan mengembangkan perilaku
dirinya sendiri maupun mempelajari dan mengembangkan perilaku para peserta
didiknya kelak ketika dia menjadi guru.
4. Perubahan yang bersifat
positif.
Perubahan perilaku yang terjadi bersifat normatif dan menujukkan
ke arah kemajuan. Misalnya, seorang mahasiswa sebelum belajar tentang Psikologi
Pendidikan menganggap bahwa dalam dalam Prose Belajar Mengajar tidak perlu
mempertimbangkan perbedaan-perbedaan individual atau perkembangan perilaku dan
pribadi peserta didiknya, namun setelah mengikuti pembelajaran Psikologi
Pendidikan, dia memahami dan berkeinginan untuk menerapkan prinsip – prinsip
perbedaan individual maupun prinsip-prinsip perkembangan individu jika dia
kelak menjadi guru.
5. Perubahan yang bersifat
aktif.
Untuk memperoleh perilaku baru, individu yang bersangkutan
aktif berupaya melakukan perubahan. Misalnya, mahasiswa ingin memperoleh
pengetahuan baru tentang psikologi pendidikan, maka mahasiswa tersebut aktif
melakukan kegiatan membaca dan mengkaji buku-buku psikologi pendidikan,
berdiskusi dengan teman tentang psikologi pendidikan dan sebagainya.
6. Perubahan yang bersifat
pemanen.
Perubahan perilaku yang diperoleh dari proses belajar
cenderung menetap dan menjadi bagian yang melekat dalam dirinya. Misalnya,
mahasiswa belajar mengoperasikan komputer, maka penguasaan keterampilan
mengoperasikan komputer tersebut akan menetap dan melekat dalam diri mahasiswa
tersebut.
7. Perubahan yang
bertujuan dan terarah.
Individu melakukan kegiatan belajar pasti ada tujuan yang
ingin dicapai, baik tujuan jangka pendek, jangka menengah maupun jangka
panjang. Misalnya, seorang mahasiswa belajar psikologi pendidikan, tujuan yang
ingin dicapai dalam panjang pendek mungkin dia ingin memperoleh pengetahuan,
sikap dan keterampilan tentang psikologi pendidikan yang diwujudkan dalam
bentuk kelulusan dengan memperoleh nilai A. Sedangkan tujuan jangka panjangnya
dia ingin menjadi guru yang efektif dengan memiliki kompetensi yang memadai
tentang Psikologi Pendidikan. Berbagai aktivitas dilakukan dan diarahkan untuk
mencapai tujuan-tujuan tersebut.
8. Perubahan perilaku
secara keseluruhan.
Perubahan perilaku belajar bukan hanya sekedar memperoleh
pengetahuan semata, tetapi termasuk memperoleh pula perubahan dalam sikap dan
keterampilannya. Misalnya, mahasiswa belajar tentang “Teori-Teori Belajar”,
disamping memperoleh informasi atau pengetahuan tentang “Teori-Teori Belajar”,
dia juga memperoleh sikap tentang pentingnya seorang guru menguasai
“Teori-Teori Belajar”. Begitu juga, dia memperoleh keterampilan dalam
menerapkan “Teori-Teori Belajar”.
Menurut Gagne (Abin Syamsuddin Makmun, 2003),
perubahan perilaku yang merupakan hasil belajar dapat berbentuk :
Ø Informasi verbal
yaitu penguasaan informasi dalam bentuk verbal, baik secara tertulis maupun
tulisan, misalnya pemberian nama-nama terhadap suatu benda, definisi, dan
sebagainya.
Ø Kecakapan intelektual yaitu keterampilan individu dalam melakukan interaksi
dengan lingkungannya dengan menggunakan simbol-simbol, misalnya: penggunaan
simbol matematika. Termasuk dalam keterampilan intelektual adalah kecakapan
dalam membedakan (discrimination), memahami konsep konkrit, konsep abstrak,
aturan dan hukum. Ketrampilan ini sangat dibutuhkan dalam menghadapi pemecahan
masalah.
Ø Strategi kognitif
kecakapan individu untuk melakukan pengendalian dan pengelolaan keseluruhan
aktivitasnya. Dalam konteks proses pembelajaran, strategi kognitif yaitu
kemampuan mengendalikan ingatan dan cara – cara berfikir agar terjadi aktivitas
yang efektif. Kecakapan intelektual menitikberatkan pada hasil pembelajaran,
sedangkan strategi kognitif lebih menekankan pada pada proses pemikiran.
Ø Sikap
yaitu hasil pembelajaran yang berupa kecakapan individu untuk memilih macam
tindakan yang akan dilakukan. Dengan kata lain. Sikap adalah keadaan dalam diri
individu yang akan memberikan kecenderungan vertindak dalam menghadapi suatu
obyek atau peristiwa, didalamnya terdapat unsur pemikiran, perasaan yang
menyertai pemikiran dan kesiapan untuk bertindak.
Ø Kecakapan motorik;
ialah hasil belajar yang berupa kecakapan pergerakan yang dikontrol oleh otot
dan fisik.
Sementara itu, Moh. Surya (1997) mengemukakan bahwa hasil
belajar akan tampak dalam :
1. Kebiasaan;
seperti : peserta didik belajar bahasa berkali-kali menghindari kecenderungan
penggunaan kata atau struktur yang keliru, sehingga akhirnya ia terbiasa dengan
penggunaan bahasa secara baik dan benar.
2. Keterampilan;
seperti : menulis dan berolah raga yang meskipun sifatnya motorik,
keterampilan-keterampilan itu memerlukan koordinasi gerak yang teliti dan
kesadaran yang tinggi.
3. Pengamatan;
yakni proses menerima, menafsirkan, dan memberi arti rangsangan yang masuk
melalui indera-indera secara obyektif sehingga peserta didik mampu mencapai
pengertian yang benar.
4. Berfikir asosiatif;
yakni berfikir dengan cara mengasosiasikan sesuatu dengan lainnya dengan
menggunakan daya ingat.
5. Berfikir rasional dan
kritis yakni menggunakan prinsip-prinsip dan dasar-dasar
pengertian dalam menjawab pertanyaan kritis seperti “bagaimana” (how) dan
“mengapa” (why).
6. Sikap
yakni kecenderungan yang relatif menetap untuk bereaksi dengan cara baik atau
buruk terhadap orang atau barang tertentu sesuai dengan pengetahuan dan
keyakinan.
7. Inhibisi
(menghindari hal yang mubazir).Apresiasi (menghargai karya-karya
bermutu.
8. Perilaku afektif
yakni perilaku yang bersangkutan dengan perasaan takut, marah, sedih, gembira,
kecewa, senang, benci, was-was dan sebagainya.
Sedangkan menurut Bloom, perubahan perilaku yang terjadi
sebagai hasil belajar meliputi perubahan dalam kawasan (domain) kognitif,
afektif dan psikomotor, beserta tingkatan aspek-aspeknya.
\
BAB II
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Berdasarkan
isi makalah tentang hakikat mengajar, kami dapat menyimpulkan bahwa:
1.
Belajar adalah perubahan tingkah laku yang relative
mantap berkat latihan dan pengalaman. Belajar sesungguhnya adalah ciri khas
manusia dan yang membedakan dengan binatang.
2.
Hakikat
mengajar adalah suatu proses yang
mengatur, mengorganisasikan lingkungan yang ada disekitar anak didik
sehingga dapat menumbuhkan dan mendorong anak didik melakukan proses belajar.
3.
Perubahan perilaku yang terjadi sebagai
hasil belajar meliputi perubahan dalam kawasan (domain) kognitif, afektif dan psikomotor,
beserta tingkatan aspek-aspeknya.
4.
Perubahan perilaku yang merupakan hasil
belajar dapat berbentuk Informasi verbal, Kecakapan intelektual, Strategi kognitif kecakapan individu,
sikap dan Kecakapan
motorik.
B. SARAN
Dalam
pembuatan makalah ini masih banyak kesalahan baik dari isi maupun yang umelatar
belakangi judul makalah tersebut. Maka kami sebagai penyusun makalah ini
meminta saran mapun kritikan yang bersifat membangun demi kesempurnaan dari
makalah ini baik edisi sebelumnya dan selanjutnya dan sebaiknya dalam pembuatan makalah menggunakan
referensi yang banyak agar makalah kelihatan sempurna.
DAFTAR
PUSTAKA
Haling, Abdul. 2007. Belajar
dan Pembelajaran. Makassar: Badan penerbit UNM.
Hamalik,
Oemar. 2005. Proses Belajar Mengajar.
Jakarta: Bumi Aksara.
Sabri ahmad. 2007. Strategi Belajar Mengajar Micro
Teaching. Padang : Quantum Teaching.
Sahabuddin. 2007. Mengajar dan Belajar. Makassar :
Badan Penerbit UNM Makassar.
Tugas Kelompok
M.K. belajar dan
Pembelajaran
Makalah
Hakikat mengajar
OLEH:
KELOMPOK
I
1.
JUSNAWATI
2.
AMALIAH ASTIKA
SARI
3.
SARTIKA DEWI
RAJAB
4. SELVIANA
JURUSAN
BIOLOGI
FAKULTAS
MATEMATIKA DAN ILMU PRNGRTAHUAN ALAM
UNIVERSITAS
NEGERI MAKASSAR
2011
Peningkatan kualitas pendidikan di
Indonesia dilakukan secara berkesinambungan dan sampai saat ini terus
dilaksanakan. Berbagai upaya telah ditempuh oleh pemerintah dalam usaha
peningkatan kualitas pendidikan mulai dari pembangunan gedung-gedung sekolah,
pengadaan sarana prasarana pendidikan, pengangkatan tenaga kependidikan sampai
pengesahan undang-undang system pendidikan nasional serta undang-undang guru
dan dosen.
Sebagian besar guru-guru menggunakan
metode pengajaran ceramah,tanya jawab, atau pemberian tugas dalam proses
pembelajaran. Walaupun metode tersebut masih relevan dengan perkembangan
pendidikan sekarang ini, tetapi kurang mampu mendorong siswa berperan secara
aktif. Setiap guru menyadari bahwa dalam proses belajar mengajar selalu ada
siswanya yang mengalami kesulitan belajar sehingga siswa tidak mampu mencapai
ketuntasan belajar.
Makalah ini bertujuan untuk memberikan informasi
kepada pembaca mengenai hakikat mengajar bagimana seorang guru dapat
melaksanakan proses pembelajaran yang baik dan benar sesuai yang
diharapkan peserta didik untuk mencapai tujuan pembelajaran.
Makassar,
Oktober 2011
Wassalam
Penulis
DAFTAR ISI
Halaman Judul……………………………………………………………………… i
Kata Pengantar……………………………………………………………………... ii
Daftar Isi……………………………………………………………………………
iii
BAB I PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang……………………………………………………………… 1
B.
Rumusan Masalah………………………………………………………….. 2
C.
Tujuan……………………………………………………………………… 2
BAB II TINJAUN PUSTAKA
A.
Belajar……………………………………………………………………… 3
B.
Hakikat Mengajar………………………………………………………….. 4
C.
Perubahan Perilaku Dalam Mengajar……………………………………… 6
BAB III PENUTUP
A.
Kesimpulan ………………………………………………………………. ..
13
B.
Saran………………………………………………………………………... 13
DAFTAR PUSTAKA………………………………………………………………
14
BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar
Belakang
Mengapa manusia belajar ? Jawabannya
adalah karena ia ingin mengetahui atau memperoleh pengetahuan, nilai, sikap,
dan keterampilan. Jawaban lengakapnya adalah manusia belajar karena mempunyai
bakat untuk belajar, yang dipacu oleh sikap ingin tahu dan didukung oleh
kemampuan untuk mengetahui. Manusia yang diciptakan oleh Tuhan sebagai khalifah
di atas bumi dilengkapi dengan akal sehat serta hasrat ingin tahu, sehingga ia
selalu bertanya atau mempertanyakan sesuatu, mulai dari hal-hal yang sederhana
sampai kepada hal-hal yang sangat rumit. Hasrat ingin mengetahui itu telah
tampak sejak anak masih kanak-kanak, bahkan masih bayi. Apa yang dapat
dijangkau diraihnya, dipegangnya, dimasukkan ke dalam mulutnya, dijatuhkan atau
dilemparkan. Tampaknya ia belajar, ia melakukan eksperimen. Dengan demikian ia
memperoleh pengetahuan melalui pengalaman atau eksperimen. Kemampuan manusia
untuk belajar adalah ciri yang sangat penting yang membedakan manusia dengan
hewan. Belajar bagi manusia memainkan peranan penting dalam pewarisan
kebudayaan berupa kumpulan pengetahuan, nilai sikap dan keterampilan kepada
generasi pelanjut.
Kalau
ditelusuri jalannya mengenai sejarah pendidikan ternyata bahwa sejak dahulu
kala dikalangan ahli-ahli filsafat Yunani Kuno telah terdengar suara-suara yang
menyeroti sistem pendidikan Yunani pada masa itu, terutama ditunjukkan pada
penggunaan disiplin yang sangat keras di sekolah-sekolah yang terlalu ketat dan
kaku, pengajaran yang tidak didasarkan pada pemikiran, tetapi pada tingkat
fakta-fakta. Apa yang dianggap baru dalam sistem pendidikan, ada kalanya
tidaklah baru sama sekali. Plato (427-347 S.M), seorang murid Socrates, dalam
bukunya Republica telah menyatakan :
hindarkanlah paksaan dalam pendidikan dan antarlah pelajaran anak-anak itu ke
dalam bentuk permainan. Pengetahuan tak dapat ditanamkan secara mekanik,
belajar harus didasarkan pada keinginan anak itu sendiri untuk belajar.
B.
Rumusan
Masalah
1.
Apa pengertian belajar ?
2.
Bagaimana tujuan-tujuan belajar?
3.
Bagaimana halikat mengajar?
4.
Perubahan perilaku apa yang diperoleh
dalam belajar?
C.
Tujuan
1.
Untuk mengetahui pengertian belajar.
2.
Untuk memperoleh tujuan-tujuan
belajar.
3.
Untuk dapat memahami halikat mengajar.
4.
Untuk mengetahui perubahan perilaku apa yang diperoleh
dalam belajar.
BAB
II
TINJAUAN PUSTAKA
A. BELAJAR
1. Pengertian
Belajar
Belajar
adalah perubahan tingkah laku yang relative mantap berkat latihan dan
pengalaman. Belajar sesungguhnya adalah ciri khas manusia dan yang membedakan
dengan binatang. Belajar yang dilakukan oleh manusia merupakan bagian dari
hidupnya, berlangsung seumur hidup, kapan saja, dan dimana saja, baik
disekolah, dikelas, dijalanan dalam waktu yang tak ditentukan sebelumnya. Namun
demikian, satu hal sudah pasti bahwa belajar dilakukan manusia senantiasa oleh
iktikad dan maksud tertentu ( Oemar Hamalik: 2004 : 154). Belajar adalah
mengalami dalam arti belajar terjadi dalam interaksi antara individu dengan
lingkungan, baik lingkungan fisik maupun lingkungan social. Lingkungan fisik,
contohnya buku, alat peraga, alam sekitar. Lingkungan pembelajaran yang baik adalah
lingkungan yang merangsang dan menantang siswa belajar ( Udin S. Winata Putra,
dk : 2002 : 2.3)
Skiner
(dalam Mumamad Tohri : 2007 : 4) berpandangan bahwa belajar adalah suatu
perilaku pada saat orang belajar maka responnya menjadi kuat, bila ia tidak belajar
maka responnya menurun. Dalam belajar ditemukan adanya hal berikut : 1)
Kesempatan terjadinya peristiwa yang menimbulkan respon belajar, 2) Respon
Pembelajaran, dan 3) konsekuensi yang bersifat menguatkan respon tersebut.
Dalam
belajar ditemukan adanya hal berikut :
1.
Kesempatan
terjadinya peristiwa yang menimbulkan respon belajar.
2.
Respon
Pembelajaran,.
3.
konsekuensi
yang bersifat menguatkan respon tersebut.
Belajar
(Learning) adalah salah satu topic paling penting di dalam psikologi dewasa
ini, namun konsepnya sulit untuk didefinisikan. American Heritage Dictionary
mendefinisikan sebagai berikut: “To gain
knowledge, comprehension, or mastery Throughnexperince or study” (Untuk
mendapatkan pengetahuan, pemahaman, atau penguasaan melalui pengalaman atau studi).
Tetapi kebanyakan psikolog masnganggap
definisi ini tidak bisa diterima sebab ada istilah yang samar di dalamnya
seperti pengetahuan, pemahaman, dan penguasaan. Sepanjang beberapa tahun ini
belakangan ini ada kecenderungan untuk menerima definisi belajar yang merujuk
pada perubahan dalam perilaku yang dapat diamati. Salah satu yang paling
populer adalah definisi yang dikemukakan oleh Kimball (1961) yang
mendefinisikan belajar sebagai perubahan
yang relative permanen di dalam Behavioral Potentiality (Potensi Behavioral)
yang terjadi sebagai akibat dari reinforced practice (praktik yang diperkuat).
2.
Tujuan Belajar
Menurut Sardiman (2004), mengemukakan bahwa pada dasarnya tujuan belajar
terdapat tiga jenis, yaitu :
a)
Untuk
mendapatkan pengetahuan, yaitu suatu cara untuk mengembangkan kemampuan
berpikir bagi anak untuk memperoleh pengetahuan dan kemampuan berpikir. Dengan
tujuan belajar ini akan lihat tepat sistem presentasi atau pemberian tugas
materi pelajaran.
b)
Untuk
penanaman konsep dan keterampilan yaitu suatu cara belajar menghadapi dan
menangani objek-objek secara fisik dan psikhis. Pencapaian tujuan belajar ini
cenderung dilakukan dengan cara pendemonstrasian, pengamatan, dan pelatihan.
c)
Untuk
pembentukan sikap, yaitu suatu kegiatan untuk menumbuhkan sikap mental,
perilaku dan pribadi anak. Pencapaian tujaun belajar ini dengan cara pemberian
contoh perilaku yang perlu ditiru atau tidak dengan mengarahkan anak dalam
kegiatan mengamati, meniru dan mencontoh.
B. HAKIKAT MENGAJAR
Sama halnya dengan belajar, mengajar
pun pada hakikatnya adalah suatu proses yaitu proses mengatur,
mengorganisasikan lingkungan yang ada disekitar anak didik sehingga dapat
menumbuhkan dan mendorong anak didik melakukan proses belajar. Pada tahap
berikutnya mengajar adalah proses memberikan bimbingan/bantuan kepada anak
didik dalam melakukan proses belajar. Akhirnya, bila hakikat belajar adalah
perubahan maka hakikat belajar mengajar adalah proses pengaturan yang dilakukan
oleh guru. Dalam kegiatan belajar mengajar guru sebaiknya memperhatikan
perbedaan individu anak didik, yaitu pada aspek biologis, intelektual, dan
psikologis. Kerangka berpikir demikian dimaksud agar guru mudah dalam melakukan
pendekatan kepada anak didik secara individual. Pemahaman terhadap ketiga aspek
tersebut dapat merapatkan hubungan guru dengan anak didik, sehingga memudahkan
melakukan pendekatan masteru learning dalam mengajar. Masteri learning adalah
salah satu strategi belajar mengajar pendekatan individual. Mastery learning
adalah kegiatan yang meliputi dua kegiatan yaitu program pengayaan dan program
perbaikan ( Suharsimi Arikunto : 1998 : 31)
Vernon S. Gerlach & Donal P. Elay dalam bukunya Teaching
& Media – A systematic Approach mengemukakan terjadinya belajar dengan
mengaitkan belajar dan perubahan perilaku, sedangkan perilaku itu adalah
tindakan yang dapat diamati. Dengan kata lain, perilaku adalah suatu tindakan
yang dapat diamati atau hasil yang diakibatkan oleh tindakan atau beberapa
tindakan yang dapat diamati.
Definisi-definisi yang telah dikemukakan itu diberikan oleh
ahli-ahli yang berbeda-beda pendiriannya, berbeda titik tolaknya. Akan tetapi
kalau dikaji dapat juga disimpulkan sebagai berikut :
1. Belajar itu
membawa perubahan dalam arti perubahan perilaku, baik aktual, maupun potensial.
2. Perubahan itu
pada dasarnya adalah perolehan kecakapan baru.
3. Perubahan itu
terjadi karena pengalaman, baik yang diusahakan dengan sengaja, maupun yang
tidak diusahakan dengan sengaja.
Apakah mengajar
itu ? William C. Morse & G. Max Wingo (1962) mengemukakan tiga macam
definisi mengajar, yaitu definisi tradisional, definisi menurut kamus, dan
definisi mutakhir.
1.
Secara tradisional mengajar diartikan sebagai proses memberikan
kepada pelajar pengetahuan da keterampilan yang diperlukan untuk menguasai mata
pelajaran yang telah ditentukan.
2.
Definisi kamus, mengajar diartikan sebagai menunjukkan bagaimana mengerjakan,
menjadikan mengerti, memberi instruksi kepada.
3.
Definisi mutakhir merumuskan mengajar sebagai sistem kegiatan untuk membimbing
atau merangsang belajar anak mengerti dan membimbing anak sebagai indisvidu dan
sebagai kelompok dengan maksud terpenuhinya kelengkapan pengalaman belajar yang
memungkinkan setiap anak dapat berkembang terus secara teratur mencapai
kedewasaannya.
C.
PERUBAHAN
PERILAKU DALAM BELAJAR
Dari beberapa
pengertian belajar tersebut diatas, kata kunci dari belajar adalah perubahan
perilaku. Dalam hal ini, Moh Surya (1997) mengemukakan ciri-ciri dari perubahan
perilaku, yaitu :
1. Perubahan yang disadari
dan disengaja (intensional).
Perubahan perilaku yang terjadi merupakan usaha sadar dan
disengaja dari individu yang bersangkutan. Begitu juga dengan hasil-hasilnya,
individu yang bersangkutan menyadari bahwa dalam dirinya telah terjadi
perubahan, misalnya pengetahuannya semakin bertambah atau keterampilannya
semakin meningkat, dibandingkan sebelum dia mengikuti suatu proses belajar.
Misalnya, seorang mahasiswa sedang belajar tentang psikologi pendidikan. Dia
menyadari bahwa dia sedang berusaha mempelajari tentang Psikologi Pendidikan.
Begitu juga, setelah belajar Psikologi Pendidikan dia menyadari bahwa dalam
dirinya telah terjadi perubahan perilaku, dengan memperoleh sejumlah
pengetahuan, sikap dan keterampilan yang berhubungan dengan Psikologi
Pendidikan.
2.
Perubahan yang berkesinambungan (kontinyu)
Bertambahnya pengetahuan atau keterampilan yang dimiliki pada
dasarnya merupakan kelanjutan dari pengetahuan dan keterampilan yang telah
diperoleh sebelumnya. Begitu juga, pengetahuan, sikap dan keterampilan yang telah
diperoleh itu, akan menjadi dasar bagi pengembangan pengetahuan, sikap dan
keterampilan berikutnya. Misalnya, seorang mahasiswa telah belajar Psikologi
Pendidikan tentang “Hakekat Belajar”. Ketika dia mengikuti perkuliahan
“Strategi Belajar Mengajar”, maka pengetahuan, sikap dan keterampilannya
tentang “Hakekat Belajar” akan dilanjutkan dan dapat dimanfaatkan dalam
mengikuti perkuliahan “Strategi Belajar Mengajar”.
3. Perubahan yang
fungsional.
Setiap perubahan perilaku yang terjadi dapat dimanfaatkan
untuk kepentingan hidup individu yang bersangkutan, baik untuk kepentingan masa
sekarang maupun masa mendatang. Contoh : seorang mahasiswa belajar tentang
psikologi pendidikan, maka pengetahuan dan keterampilannya dalam psikologi
pendidikan dapat dimanfaatkan untuk mempelajari dan mengembangkan perilaku
dirinya sendiri maupun mempelajari dan mengembangkan perilaku para peserta
didiknya kelak ketika dia menjadi guru.
4. Perubahan yang bersifat
positif.
Perubahan perilaku yang terjadi bersifat normatif dan menujukkan
ke arah kemajuan. Misalnya, seorang mahasiswa sebelum belajar tentang Psikologi
Pendidikan menganggap bahwa dalam dalam Prose Belajar Mengajar tidak perlu
mempertimbangkan perbedaan-perbedaan individual atau perkembangan perilaku dan
pribadi peserta didiknya, namun setelah mengikuti pembelajaran Psikologi
Pendidikan, dia memahami dan berkeinginan untuk menerapkan prinsip – prinsip
perbedaan individual maupun prinsip-prinsip perkembangan individu jika dia
kelak menjadi guru.
5. Perubahan yang bersifat
aktif.
Untuk memperoleh perilaku baru, individu yang bersangkutan
aktif berupaya melakukan perubahan. Misalnya, mahasiswa ingin memperoleh
pengetahuan baru tentang psikologi pendidikan, maka mahasiswa tersebut aktif
melakukan kegiatan membaca dan mengkaji buku-buku psikologi pendidikan,
berdiskusi dengan teman tentang psikologi pendidikan dan sebagainya.
6. Perubahan yang bersifat
pemanen.
Perubahan perilaku yang diperoleh dari proses belajar
cenderung menetap dan menjadi bagian yang melekat dalam dirinya. Misalnya,
mahasiswa belajar mengoperasikan komputer, maka penguasaan keterampilan
mengoperasikan komputer tersebut akan menetap dan melekat dalam diri mahasiswa
tersebut.
7. Perubahan yang
bertujuan dan terarah.
Individu melakukan kegiatan belajar pasti ada tujuan yang
ingin dicapai, baik tujuan jangka pendek, jangka menengah maupun jangka
panjang. Misalnya, seorang mahasiswa belajar psikologi pendidikan, tujuan yang
ingin dicapai dalam panjang pendek mungkin dia ingin memperoleh pengetahuan,
sikap dan keterampilan tentang psikologi pendidikan yang diwujudkan dalam
bentuk kelulusan dengan memperoleh nilai A. Sedangkan tujuan jangka panjangnya
dia ingin menjadi guru yang efektif dengan memiliki kompetensi yang memadai
tentang Psikologi Pendidikan. Berbagai aktivitas dilakukan dan diarahkan untuk
mencapai tujuan-tujuan tersebut.
8. Perubahan perilaku
secara keseluruhan.
Perubahan perilaku belajar bukan hanya sekedar memperoleh
pengetahuan semata, tetapi termasuk memperoleh pula perubahan dalam sikap dan
keterampilannya. Misalnya, mahasiswa belajar tentang “Teori-Teori Belajar”,
disamping memperoleh informasi atau pengetahuan tentang “Teori-Teori Belajar”,
dia juga memperoleh sikap tentang pentingnya seorang guru menguasai
“Teori-Teori Belajar”. Begitu juga, dia memperoleh keterampilan dalam
menerapkan “Teori-Teori Belajar”.
Menurut Gagne (Abin Syamsuddin Makmun, 2003),
perubahan perilaku yang merupakan hasil belajar dapat berbentuk :
Ø Informasi verbal
yaitu penguasaan informasi dalam bentuk verbal, baik secara tertulis maupun
tulisan, misalnya pemberian nama-nama terhadap suatu benda, definisi, dan
sebagainya.
Ø Kecakapan intelektual yaitu keterampilan individu dalam melakukan interaksi
dengan lingkungannya dengan menggunakan simbol-simbol, misalnya: penggunaan
simbol matematika. Termasuk dalam keterampilan intelektual adalah kecakapan
dalam membedakan (discrimination), memahami konsep konkrit, konsep abstrak,
aturan dan hukum. Ketrampilan ini sangat dibutuhkan dalam menghadapi pemecahan
masalah.
Ø Strategi kognitif
kecakapan individu untuk melakukan pengendalian dan pengelolaan keseluruhan
aktivitasnya. Dalam konteks proses pembelajaran, strategi kognitif yaitu
kemampuan mengendalikan ingatan dan cara – cara berfikir agar terjadi aktivitas
yang efektif. Kecakapan intelektual menitikberatkan pada hasil pembelajaran,
sedangkan strategi kognitif lebih menekankan pada pada proses pemikiran.
Ø Sikap
yaitu hasil pembelajaran yang berupa kecakapan individu untuk memilih macam
tindakan yang akan dilakukan. Dengan kata lain. Sikap adalah keadaan dalam diri
individu yang akan memberikan kecenderungan vertindak dalam menghadapi suatu
obyek atau peristiwa, didalamnya terdapat unsur pemikiran, perasaan yang
menyertai pemikiran dan kesiapan untuk bertindak.
Ø Kecakapan motorik;
ialah hasil belajar yang berupa kecakapan pergerakan yang dikontrol oleh otot
dan fisik.
Sementara itu, Moh. Surya (1997) mengemukakan bahwa hasil
belajar akan tampak dalam :
1. Kebiasaan;
seperti : peserta didik belajar bahasa berkali-kali menghindari kecenderungan
penggunaan kata atau struktur yang keliru, sehingga akhirnya ia terbiasa dengan
penggunaan bahasa secara baik dan benar.
2. Keterampilan;
seperti : menulis dan berolah raga yang meskipun sifatnya motorik,
keterampilan-keterampilan itu memerlukan koordinasi gerak yang teliti dan
kesadaran yang tinggi.
3. Pengamatan;
yakni proses menerima, menafsirkan, dan memberi arti rangsangan yang masuk
melalui indera-indera secara obyektif sehingga peserta didik mampu mencapai
pengertian yang benar.
4. Berfikir asosiatif;
yakni berfikir dengan cara mengasosiasikan sesuatu dengan lainnya dengan
menggunakan daya ingat.
5. Berfikir rasional dan
kritis yakni menggunakan prinsip-prinsip dan dasar-dasar
pengertian dalam menjawab pertanyaan kritis seperti “bagaimana” (how) dan
“mengapa” (why).
6. Sikap
yakni kecenderungan yang relatif menetap untuk bereaksi dengan cara baik atau
buruk terhadap orang atau barang tertentu sesuai dengan pengetahuan dan
keyakinan.
7. Inhibisi
(menghindari hal yang mubazir).Apresiasi (menghargai karya-karya
bermutu.
8. Perilaku afektif
yakni perilaku yang bersangkutan dengan perasaan takut, marah, sedih, gembira,
kecewa, senang, benci, was-was dan sebagainya.
Sedangkan menurut Bloom, perubahan perilaku yang terjadi
sebagai hasil belajar meliputi perubahan dalam kawasan (domain) kognitif,
afektif dan psikomotor, beserta tingkatan aspek-aspeknya.
\
BAB II
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Berdasarkan
isi makalah tentang hakikat mengajar, kami dapat menyimpulkan bahwa:
1.
Belajar adalah perubahan tingkah laku yang relative
mantap berkat latihan dan pengalaman. Belajar sesungguhnya adalah ciri khas
manusia dan yang membedakan dengan binatang.
2.
Hakikat
mengajar adalah suatu proses yang
mengatur, mengorganisasikan lingkungan yang ada disekitar anak didik
sehingga dapat menumbuhkan dan mendorong anak didik melakukan proses belajar.
3.
Perubahan perilaku yang terjadi sebagai
hasil belajar meliputi perubahan dalam kawasan (domain) kognitif, afektif dan psikomotor,
beserta tingkatan aspek-aspeknya.
4.
Perubahan perilaku yang merupakan hasil
belajar dapat berbentuk Informasi verbal, Kecakapan intelektual, Strategi kognitif kecakapan individu,
sikap dan Kecakapan
motorik.
B. SARAN
Dalam
pembuatan makalah ini masih banyak kesalahan baik dari isi maupun yang umelatar
belakangi judul makalah tersebut. Maka kami sebagai penyusun makalah ini
meminta saran mapun kritikan yang bersifat membangun demi kesempurnaan dari
makalah ini baik edisi sebelumnya dan selanjutnya dan sebaiknya dalam pembuatan makalah menggunakan
referensi yang banyak agar makalah kelihatan sempurna.
DAFTAR
PUSTAKA
Haling, Abdul. 2007. Belajar
dan Pembelajaran. Makassar: Badan penerbit UNM.
Hamalik,
Oemar. 2005. Proses Belajar Mengajar.
Jakarta: Bumi Aksara.
Sabri ahmad. 2007. Strategi Belajar Mengajar Micro
Teaching. Padang : Quantum Teaching.
Sahabuddin. 2007. Mengajar dan Belajar. Makassar :
Badan Penerbit UNM Makassar.
Tugas Kelompok
M.K. belajar dan
Pembelajaran
Makalah
Hakikat mengajar
OLEH:
KELOMPOK
I
1.
JUSNAWATI
2.
AMALIAH ASTIKA
SARI
3.
SARTIKA DEWI
RAJAB
4. SELVIANA
JURUSAN
BIOLOGI
FAKULTAS
MATEMATIKA DAN ILMU PRNGRTAHUAN ALAM
UNIVERSITAS
NEGERI MAKASSAR
2011
Peningkatan kualitas pendidikan di
Indonesia dilakukan secara berkesinambungan dan sampai saat ini terus
dilaksanakan. Berbagai upaya telah ditempuh oleh pemerintah dalam usaha
peningkatan kualitas pendidikan mulai dari pembangunan gedung-gedung sekolah,
pengadaan sarana prasarana pendidikan, pengangkatan tenaga kependidikan sampai
pengesahan undang-undang system pendidikan nasional serta undang-undang guru
dan dosen.
Sebagian besar guru-guru menggunakan
metode pengajaran ceramah,tanya jawab, atau pemberian tugas dalam proses
pembelajaran. Walaupun metode tersebut masih relevan dengan perkembangan
pendidikan sekarang ini, tetapi kurang mampu mendorong siswa berperan secara
aktif. Setiap guru menyadari bahwa dalam proses belajar mengajar selalu ada
siswanya yang mengalami kesulitan belajar sehingga siswa tidak mampu mencapai
ketuntasan belajar.
Makalah ini bertujuan untuk memberikan informasi
kepada pembaca mengenai hakikat mengajar bagimana seorang guru dapat
melaksanakan proses pembelajaran yang baik dan benar sesuai yang
diharapkan peserta didik untuk mencapai tujuan pembelajaran.
Makassar,
Oktober 2011
Wassalam
Penulis
DAFTAR ISI
Halaman Judul……………………………………………………………………… i
Kata Pengantar……………………………………………………………………... ii
Daftar Isi……………………………………………………………………………
iii
BAB I PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang……………………………………………………………… 1
B.
Rumusan Masalah………………………………………………………….. 2
C.
Tujuan……………………………………………………………………… 2
BAB II TINJAUN PUSTAKA
A.
Belajar……………………………………………………………………… 3
B.
Hakikat Mengajar………………………………………………………….. 4
C.
Perubahan Perilaku Dalam Mengajar……………………………………… 6
BAB III PENUTUP
A.
Kesimpulan ………………………………………………………………. ..
13
B.
Saran………………………………………………………………………... 13
DAFTAR PUSTAKA………………………………………………………………
14
BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar
Belakang
Mengapa manusia belajar ? Jawabannya
adalah karena ia ingin mengetahui atau memperoleh pengetahuan, nilai, sikap,
dan keterampilan. Jawaban lengakapnya adalah manusia belajar karena mempunyai
bakat untuk belajar, yang dipacu oleh sikap ingin tahu dan didukung oleh
kemampuan untuk mengetahui. Manusia yang diciptakan oleh Tuhan sebagai khalifah
di atas bumi dilengkapi dengan akal sehat serta hasrat ingin tahu, sehingga ia
selalu bertanya atau mempertanyakan sesuatu, mulai dari hal-hal yang sederhana
sampai kepada hal-hal yang sangat rumit. Hasrat ingin mengetahui itu telah
tampak sejak anak masih kanak-kanak, bahkan masih bayi. Apa yang dapat
dijangkau diraihnya, dipegangnya, dimasukkan ke dalam mulutnya, dijatuhkan atau
dilemparkan. Tampaknya ia belajar, ia melakukan eksperimen. Dengan demikian ia
memperoleh pengetahuan melalui pengalaman atau eksperimen. Kemampuan manusia
untuk belajar adalah ciri yang sangat penting yang membedakan manusia dengan
hewan. Belajar bagi manusia memainkan peranan penting dalam pewarisan
kebudayaan berupa kumpulan pengetahuan, nilai sikap dan keterampilan kepada
generasi pelanjut.
Kalau
ditelusuri jalannya mengenai sejarah pendidikan ternyata bahwa sejak dahulu
kala dikalangan ahli-ahli filsafat Yunani Kuno telah terdengar suara-suara yang
menyeroti sistem pendidikan Yunani pada masa itu, terutama ditunjukkan pada
penggunaan disiplin yang sangat keras di sekolah-sekolah yang terlalu ketat dan
kaku, pengajaran yang tidak didasarkan pada pemikiran, tetapi pada tingkat
fakta-fakta. Apa yang dianggap baru dalam sistem pendidikan, ada kalanya
tidaklah baru sama sekali. Plato (427-347 S.M), seorang murid Socrates, dalam
bukunya Republica telah menyatakan :
hindarkanlah paksaan dalam pendidikan dan antarlah pelajaran anak-anak itu ke
dalam bentuk permainan. Pengetahuan tak dapat ditanamkan secara mekanik,
belajar harus didasarkan pada keinginan anak itu sendiri untuk belajar.
B.
Rumusan
Masalah
1.
Apa pengertian belajar ?
2.
Bagaimana tujuan-tujuan belajar?
3.
Bagaimana halikat mengajar?
4.
Perubahan perilaku apa yang diperoleh
dalam belajar?
C.
Tujuan
1.
Untuk mengetahui pengertian belajar.
2.
Untuk memperoleh tujuan-tujuan
belajar.
3.
Untuk dapat memahami halikat mengajar.
4.
Untuk mengetahui perubahan perilaku apa yang diperoleh
dalam belajar.
BAB
II
TINJAUAN PUSTAKA
A. BELAJAR
1. Pengertian
Belajar
Belajar
adalah perubahan tingkah laku yang relative mantap berkat latihan dan
pengalaman. Belajar sesungguhnya adalah ciri khas manusia dan yang membedakan
dengan binatang. Belajar yang dilakukan oleh manusia merupakan bagian dari
hidupnya, berlangsung seumur hidup, kapan saja, dan dimana saja, baik
disekolah, dikelas, dijalanan dalam waktu yang tak ditentukan sebelumnya. Namun
demikian, satu hal sudah pasti bahwa belajar dilakukan manusia senantiasa oleh
iktikad dan maksud tertentu ( Oemar Hamalik: 2004 : 154). Belajar adalah
mengalami dalam arti belajar terjadi dalam interaksi antara individu dengan
lingkungan, baik lingkungan fisik maupun lingkungan social. Lingkungan fisik,
contohnya buku, alat peraga, alam sekitar. Lingkungan pembelajaran yang baik adalah
lingkungan yang merangsang dan menantang siswa belajar ( Udin S. Winata Putra,
dk : 2002 : 2.3)
Skiner
(dalam Mumamad Tohri : 2007 : 4) berpandangan bahwa belajar adalah suatu
perilaku pada saat orang belajar maka responnya menjadi kuat, bila ia tidak belajar
maka responnya menurun. Dalam belajar ditemukan adanya hal berikut : 1)
Kesempatan terjadinya peristiwa yang menimbulkan respon belajar, 2) Respon
Pembelajaran, dan 3) konsekuensi yang bersifat menguatkan respon tersebut.
Dalam
belajar ditemukan adanya hal berikut :
1.
Kesempatan
terjadinya peristiwa yang menimbulkan respon belajar.
2.
Respon
Pembelajaran,.
3.
konsekuensi
yang bersifat menguatkan respon tersebut.
Belajar
(Learning) adalah salah satu topic paling penting di dalam psikologi dewasa
ini, namun konsepnya sulit untuk didefinisikan. American Heritage Dictionary
mendefinisikan sebagai berikut: “To gain
knowledge, comprehension, or mastery Throughnexperince or study” (Untuk
mendapatkan pengetahuan, pemahaman, atau penguasaan melalui pengalaman atau studi).
Tetapi kebanyakan psikolog masnganggap
definisi ini tidak bisa diterima sebab ada istilah yang samar di dalamnya
seperti pengetahuan, pemahaman, dan penguasaan. Sepanjang beberapa tahun ini
belakangan ini ada kecenderungan untuk menerima definisi belajar yang merujuk
pada perubahan dalam perilaku yang dapat diamati. Salah satu yang paling
populer adalah definisi yang dikemukakan oleh Kimball (1961) yang
mendefinisikan belajar sebagai perubahan
yang relative permanen di dalam Behavioral Potentiality (Potensi Behavioral)
yang terjadi sebagai akibat dari reinforced practice (praktik yang diperkuat).
2.
Tujuan Belajar
Menurut Sardiman (2004), mengemukakan bahwa pada dasarnya tujuan belajar
terdapat tiga jenis, yaitu :
a)
Untuk
mendapatkan pengetahuan, yaitu suatu cara untuk mengembangkan kemampuan
berpikir bagi anak untuk memperoleh pengetahuan dan kemampuan berpikir. Dengan
tujuan belajar ini akan lihat tepat sistem presentasi atau pemberian tugas
materi pelajaran.
b)
Untuk
penanaman konsep dan keterampilan yaitu suatu cara belajar menghadapi dan
menangani objek-objek secara fisik dan psikhis. Pencapaian tujuan belajar ini
cenderung dilakukan dengan cara pendemonstrasian, pengamatan, dan pelatihan.
c)
Untuk
pembentukan sikap, yaitu suatu kegiatan untuk menumbuhkan sikap mental,
perilaku dan pribadi anak. Pencapaian tujaun belajar ini dengan cara pemberian
contoh perilaku yang perlu ditiru atau tidak dengan mengarahkan anak dalam
kegiatan mengamati, meniru dan mencontoh.
B. HAKIKAT MENGAJAR
Sama halnya dengan belajar, mengajar
pun pada hakikatnya adalah suatu proses yaitu proses mengatur,
mengorganisasikan lingkungan yang ada disekitar anak didik sehingga dapat
menumbuhkan dan mendorong anak didik melakukan proses belajar. Pada tahap
berikutnya mengajar adalah proses memberikan bimbingan/bantuan kepada anak
didik dalam melakukan proses belajar. Akhirnya, bila hakikat belajar adalah
perubahan maka hakikat belajar mengajar adalah proses pengaturan yang dilakukan
oleh guru. Dalam kegiatan belajar mengajar guru sebaiknya memperhatikan
perbedaan individu anak didik, yaitu pada aspek biologis, intelektual, dan
psikologis. Kerangka berpikir demikian dimaksud agar guru mudah dalam melakukan
pendekatan kepada anak didik secara individual. Pemahaman terhadap ketiga aspek
tersebut dapat merapatkan hubungan guru dengan anak didik, sehingga memudahkan
melakukan pendekatan masteru learning dalam mengajar. Masteri learning adalah
salah satu strategi belajar mengajar pendekatan individual. Mastery learning
adalah kegiatan yang meliputi dua kegiatan yaitu program pengayaan dan program
perbaikan ( Suharsimi Arikunto : 1998 : 31)
Vernon S. Gerlach & Donal P. Elay dalam bukunya Teaching
& Media – A systematic Approach mengemukakan terjadinya belajar dengan
mengaitkan belajar dan perubahan perilaku, sedangkan perilaku itu adalah
tindakan yang dapat diamati. Dengan kata lain, perilaku adalah suatu tindakan
yang dapat diamati atau hasil yang diakibatkan oleh tindakan atau beberapa
tindakan yang dapat diamati.
Definisi-definisi yang telah dikemukakan itu diberikan oleh
ahli-ahli yang berbeda-beda pendiriannya, berbeda titik tolaknya. Akan tetapi
kalau dikaji dapat juga disimpulkan sebagai berikut :
1. Belajar itu
membawa perubahan dalam arti perubahan perilaku, baik aktual, maupun potensial.
2. Perubahan itu
pada dasarnya adalah perolehan kecakapan baru.
3. Perubahan itu
terjadi karena pengalaman, baik yang diusahakan dengan sengaja, maupun yang
tidak diusahakan dengan sengaja.
Apakah mengajar
itu ? William C. Morse & G. Max Wingo (1962) mengemukakan tiga macam
definisi mengajar, yaitu definisi tradisional, definisi menurut kamus, dan
definisi mutakhir.
1.
Secara tradisional mengajar diartikan sebagai proses memberikan
kepada pelajar pengetahuan da keterampilan yang diperlukan untuk menguasai mata
pelajaran yang telah ditentukan.
2.
Definisi kamus, mengajar diartikan sebagai menunjukkan bagaimana mengerjakan,
menjadikan mengerti, memberi instruksi kepada.
3.
Definisi mutakhir merumuskan mengajar sebagai sistem kegiatan untuk membimbing
atau merangsang belajar anak mengerti dan membimbing anak sebagai indisvidu dan
sebagai kelompok dengan maksud terpenuhinya kelengkapan pengalaman belajar yang
memungkinkan setiap anak dapat berkembang terus secara teratur mencapai
kedewasaannya.
C.
PERUBAHAN
PERILAKU DALAM BELAJAR
Dari beberapa
pengertian belajar tersebut diatas, kata kunci dari belajar adalah perubahan
perilaku. Dalam hal ini, Moh Surya (1997) mengemukakan ciri-ciri dari perubahan
perilaku, yaitu :
1. Perubahan yang disadari
dan disengaja (intensional).
Perubahan perilaku yang terjadi merupakan usaha sadar dan
disengaja dari individu yang bersangkutan. Begitu juga dengan hasil-hasilnya,
individu yang bersangkutan menyadari bahwa dalam dirinya telah terjadi
perubahan, misalnya pengetahuannya semakin bertambah atau keterampilannya
semakin meningkat, dibandingkan sebelum dia mengikuti suatu proses belajar.
Misalnya, seorang mahasiswa sedang belajar tentang psikologi pendidikan. Dia
menyadari bahwa dia sedang berusaha mempelajari tentang Psikologi Pendidikan.
Begitu juga, setelah belajar Psikologi Pendidikan dia menyadari bahwa dalam
dirinya telah terjadi perubahan perilaku, dengan memperoleh sejumlah
pengetahuan, sikap dan keterampilan yang berhubungan dengan Psikologi
Pendidikan.
2.
Perubahan yang berkesinambungan (kontinyu)
Bertambahnya pengetahuan atau keterampilan yang dimiliki pada
dasarnya merupakan kelanjutan dari pengetahuan dan keterampilan yang telah
diperoleh sebelumnya. Begitu juga, pengetahuan, sikap dan keterampilan yang telah
diperoleh itu, akan menjadi dasar bagi pengembangan pengetahuan, sikap dan
keterampilan berikutnya. Misalnya, seorang mahasiswa telah belajar Psikologi
Pendidikan tentang “Hakekat Belajar”. Ketika dia mengikuti perkuliahan
“Strategi Belajar Mengajar”, maka pengetahuan, sikap dan keterampilannya
tentang “Hakekat Belajar” akan dilanjutkan dan dapat dimanfaatkan dalam
mengikuti perkuliahan “Strategi Belajar Mengajar”.
3. Perubahan yang
fungsional.
Setiap perubahan perilaku yang terjadi dapat dimanfaatkan
untuk kepentingan hidup individu yang bersangkutan, baik untuk kepentingan masa
sekarang maupun masa mendatang. Contoh : seorang mahasiswa belajar tentang
psikologi pendidikan, maka pengetahuan dan keterampilannya dalam psikologi
pendidikan dapat dimanfaatkan untuk mempelajari dan mengembangkan perilaku
dirinya sendiri maupun mempelajari dan mengembangkan perilaku para peserta
didiknya kelak ketika dia menjadi guru.
4. Perubahan yang bersifat
positif.
Perubahan perilaku yang terjadi bersifat normatif dan menujukkan
ke arah kemajuan. Misalnya, seorang mahasiswa sebelum belajar tentang Psikologi
Pendidikan menganggap bahwa dalam dalam Prose Belajar Mengajar tidak perlu
mempertimbangkan perbedaan-perbedaan individual atau perkembangan perilaku dan
pribadi peserta didiknya, namun setelah mengikuti pembelajaran Psikologi
Pendidikan, dia memahami dan berkeinginan untuk menerapkan prinsip – prinsip
perbedaan individual maupun prinsip-prinsip perkembangan individu jika dia
kelak menjadi guru.
5. Perubahan yang bersifat
aktif.
Untuk memperoleh perilaku baru, individu yang bersangkutan
aktif berupaya melakukan perubahan. Misalnya, mahasiswa ingin memperoleh
pengetahuan baru tentang psikologi pendidikan, maka mahasiswa tersebut aktif
melakukan kegiatan membaca dan mengkaji buku-buku psikologi pendidikan,
berdiskusi dengan teman tentang psikologi pendidikan dan sebagainya.
6. Perubahan yang bersifat
pemanen.
Perubahan perilaku yang diperoleh dari proses belajar
cenderung menetap dan menjadi bagian yang melekat dalam dirinya. Misalnya,
mahasiswa belajar mengoperasikan komputer, maka penguasaan keterampilan
mengoperasikan komputer tersebut akan menetap dan melekat dalam diri mahasiswa
tersebut.
7. Perubahan yang
bertujuan dan terarah.
Individu melakukan kegiatan belajar pasti ada tujuan yang
ingin dicapai, baik tujuan jangka pendek, jangka menengah maupun jangka
panjang. Misalnya, seorang mahasiswa belajar psikologi pendidikan, tujuan yang
ingin dicapai dalam panjang pendek mungkin dia ingin memperoleh pengetahuan,
sikap dan keterampilan tentang psikologi pendidikan yang diwujudkan dalam
bentuk kelulusan dengan memperoleh nilai A. Sedangkan tujuan jangka panjangnya
dia ingin menjadi guru yang efektif dengan memiliki kompetensi yang memadai
tentang Psikologi Pendidikan. Berbagai aktivitas dilakukan dan diarahkan untuk
mencapai tujuan-tujuan tersebut.
8. Perubahan perilaku
secara keseluruhan.
Perubahan perilaku belajar bukan hanya sekedar memperoleh
pengetahuan semata, tetapi termasuk memperoleh pula perubahan dalam sikap dan
keterampilannya. Misalnya, mahasiswa belajar tentang “Teori-Teori Belajar”,
disamping memperoleh informasi atau pengetahuan tentang “Teori-Teori Belajar”,
dia juga memperoleh sikap tentang pentingnya seorang guru menguasai
“Teori-Teori Belajar”. Begitu juga, dia memperoleh keterampilan dalam
menerapkan “Teori-Teori Belajar”.
Menurut Gagne (Abin Syamsuddin Makmun, 2003),
perubahan perilaku yang merupakan hasil belajar dapat berbentuk :
Ø Informasi verbal
yaitu penguasaan informasi dalam bentuk verbal, baik secara tertulis maupun
tulisan, misalnya pemberian nama-nama terhadap suatu benda, definisi, dan
sebagainya.
Ø Kecakapan intelektual yaitu keterampilan individu dalam melakukan interaksi
dengan lingkungannya dengan menggunakan simbol-simbol, misalnya: penggunaan
simbol matematika. Termasuk dalam keterampilan intelektual adalah kecakapan
dalam membedakan (discrimination), memahami konsep konkrit, konsep abstrak,
aturan dan hukum. Ketrampilan ini sangat dibutuhkan dalam menghadapi pemecahan
masalah.
Ø Strategi kognitif
kecakapan individu untuk melakukan pengendalian dan pengelolaan keseluruhan
aktivitasnya. Dalam konteks proses pembelajaran, strategi kognitif yaitu
kemampuan mengendalikan ingatan dan cara – cara berfikir agar terjadi aktivitas
yang efektif. Kecakapan intelektual menitikberatkan pada hasil pembelajaran,
sedangkan strategi kognitif lebih menekankan pada pada proses pemikiran.
Ø Sikap
yaitu hasil pembelajaran yang berupa kecakapan individu untuk memilih macam
tindakan yang akan dilakukan. Dengan kata lain. Sikap adalah keadaan dalam diri
individu yang akan memberikan kecenderungan vertindak dalam menghadapi suatu
obyek atau peristiwa, didalamnya terdapat unsur pemikiran, perasaan yang
menyertai pemikiran dan kesiapan untuk bertindak.
Ø Kecakapan motorik;
ialah hasil belajar yang berupa kecakapan pergerakan yang dikontrol oleh otot
dan fisik.
Sementara itu, Moh. Surya (1997) mengemukakan bahwa hasil
belajar akan tampak dalam :
1. Kebiasaan;
seperti : peserta didik belajar bahasa berkali-kali menghindari kecenderungan
penggunaan kata atau struktur yang keliru, sehingga akhirnya ia terbiasa dengan
penggunaan bahasa secara baik dan benar.
2. Keterampilan;
seperti : menulis dan berolah raga yang meskipun sifatnya motorik,
keterampilan-keterampilan itu memerlukan koordinasi gerak yang teliti dan
kesadaran yang tinggi.
3. Pengamatan;
yakni proses menerima, menafsirkan, dan memberi arti rangsangan yang masuk
melalui indera-indera secara obyektif sehingga peserta didik mampu mencapai
pengertian yang benar.
4. Berfikir asosiatif;
yakni berfikir dengan cara mengasosiasikan sesuatu dengan lainnya dengan
menggunakan daya ingat.
5. Berfikir rasional dan
kritis yakni menggunakan prinsip-prinsip dan dasar-dasar
pengertian dalam menjawab pertanyaan kritis seperti “bagaimana” (how) dan
“mengapa” (why).
6. Sikap
yakni kecenderungan yang relatif menetap untuk bereaksi dengan cara baik atau
buruk terhadap orang atau barang tertentu sesuai dengan pengetahuan dan
keyakinan.
7. Inhibisi
(menghindari hal yang mubazir).Apresiasi (menghargai karya-karya
bermutu.
8. Perilaku afektif
yakni perilaku yang bersangkutan dengan perasaan takut, marah, sedih, gembira,
kecewa, senang, benci, was-was dan sebagainya.
Sedangkan menurut Bloom, perubahan perilaku yang terjadi
sebagai hasil belajar meliputi perubahan dalam kawasan (domain) kognitif,
afektif dan psikomotor, beserta tingkatan aspek-aspeknya.
\
BAB II
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Berdasarkan
isi makalah tentang hakikat mengajar, kami dapat menyimpulkan bahwa:
1.
Belajar adalah perubahan tingkah laku yang relative
mantap berkat latihan dan pengalaman. Belajar sesungguhnya adalah ciri khas
manusia dan yang membedakan dengan binatang.
2.
Hakikat
mengajar adalah suatu proses yang
mengatur, mengorganisasikan lingkungan yang ada disekitar anak didik
sehingga dapat menumbuhkan dan mendorong anak didik melakukan proses belajar.
3.
Perubahan perilaku yang terjadi sebagai
hasil belajar meliputi perubahan dalam kawasan (domain) kognitif, afektif dan psikomotor,
beserta tingkatan aspek-aspeknya.
4.
Perubahan perilaku yang merupakan hasil
belajar dapat berbentuk Informasi verbal, Kecakapan intelektual, Strategi kognitif kecakapan individu,
sikap dan Kecakapan
motorik.
B. SARAN
Dalam
pembuatan makalah ini masih banyak kesalahan baik dari isi maupun yang umelatar
belakangi judul makalah tersebut. Maka kami sebagai penyusun makalah ini
meminta saran mapun kritikan yang bersifat membangun demi kesempurnaan dari
makalah ini baik edisi sebelumnya dan selanjutnya dan sebaiknya dalam pembuatan makalah menggunakan
referensi yang banyak agar makalah kelihatan sempurna.
DAFTAR
PUSTAKA
Haling, Abdul. 2007. Belajar
dan Pembelajaran. Makassar: Badan penerbit UNM.
Hamalik,
Oemar. 2005. Proses Belajar Mengajar.
Jakarta: Bumi Aksara.
Sabri ahmad. 2007. Strategi Belajar Mengajar Micro
Teaching. Padang : Quantum Teaching.
Sahabuddin. 2007. Mengajar dan Belajar. Makassar :
Badan Penerbit UNM Makassar.
Tugas Kelompok
M.K. belajar dan
Pembelajaran
Makalah
Hakikat mengajar
OLEH:
KELOMPOK
I
1.
JUSNAWATI
2.
AMALIAH ASTIKA
SARI
3.
SARTIKA DEWI
RAJAB
4. SELVIANA
JURUSAN
BIOLOGI
FAKULTAS
MATEMATIKA DAN ILMU PRNGRTAHUAN ALAM
UNIVERSITAS
NEGERI MAKASSAR
2011
Peningkatan kualitas pendidikan di
Indonesia dilakukan secara berkesinambungan dan sampai saat ini terus
dilaksanakan. Berbagai upaya telah ditempuh oleh pemerintah dalam usaha
peningkatan kualitas pendidikan mulai dari pembangunan gedung-gedung sekolah,
pengadaan sarana prasarana pendidikan, pengangkatan tenaga kependidikan sampai
pengesahan undang-undang system pendidikan nasional serta undang-undang guru
dan dosen.
Sebagian besar guru-guru menggunakan
metode pengajaran ceramah,tanya jawab, atau pemberian tugas dalam proses
pembelajaran. Walaupun metode tersebut masih relevan dengan perkembangan
pendidikan sekarang ini, tetapi kurang mampu mendorong siswa berperan secara
aktif. Setiap guru menyadari bahwa dalam proses belajar mengajar selalu ada
siswanya yang mengalami kesulitan belajar sehingga siswa tidak mampu mencapai
ketuntasan belajar.
Makalah ini bertujuan untuk memberikan informasi
kepada pembaca mengenai hakikat mengajar bagimana seorang guru dapat
melaksanakan proses pembelajaran yang baik dan benar sesuai yang
diharapkan peserta didik untuk mencapai tujuan pembelajaran.
Makassar,
Oktober 2011
Wassalam
Penulis
DAFTAR ISI
Halaman Judul……………………………………………………………………… i
Kata Pengantar……………………………………………………………………... ii
Daftar Isi……………………………………………………………………………
iii
BAB I PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang……………………………………………………………… 1
B.
Rumusan Masalah………………………………………………………….. 2
C.
Tujuan……………………………………………………………………… 2
BAB II TINJAUN PUSTAKA
A.
Belajar……………………………………………………………………… 3
B.
Hakikat Mengajar………………………………………………………….. 4
C.
Perubahan Perilaku Dalam Mengajar……………………………………… 6
BAB III PENUTUP
A.
Kesimpulan ………………………………………………………………. ..
13
B.
Saran………………………………………………………………………... 13
DAFTAR PUSTAKA………………………………………………………………
14
BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar
Belakang
Mengapa manusia belajar ? Jawabannya
adalah karena ia ingin mengetahui atau memperoleh pengetahuan, nilai, sikap,
dan keterampilan. Jawaban lengakapnya adalah manusia belajar karena mempunyai
bakat untuk belajar, yang dipacu oleh sikap ingin tahu dan didukung oleh
kemampuan untuk mengetahui. Manusia yang diciptakan oleh Tuhan sebagai khalifah
di atas bumi dilengkapi dengan akal sehat serta hasrat ingin tahu, sehingga ia
selalu bertanya atau mempertanyakan sesuatu, mulai dari hal-hal yang sederhana
sampai kepada hal-hal yang sangat rumit. Hasrat ingin mengetahui itu telah
tampak sejak anak masih kanak-kanak, bahkan masih bayi. Apa yang dapat
dijangkau diraihnya, dipegangnya, dimasukkan ke dalam mulutnya, dijatuhkan atau
dilemparkan. Tampaknya ia belajar, ia melakukan eksperimen. Dengan demikian ia
memperoleh pengetahuan melalui pengalaman atau eksperimen. Kemampuan manusia
untuk belajar adalah ciri yang sangat penting yang membedakan manusia dengan
hewan. Belajar bagi manusia memainkan peranan penting dalam pewarisan
kebudayaan berupa kumpulan pengetahuan, nilai sikap dan keterampilan kepada
generasi pelanjut.
Kalau
ditelusuri jalannya mengenai sejarah pendidikan ternyata bahwa sejak dahulu
kala dikalangan ahli-ahli filsafat Yunani Kuno telah terdengar suara-suara yang
menyeroti sistem pendidikan Yunani pada masa itu, terutama ditunjukkan pada
penggunaan disiplin yang sangat keras di sekolah-sekolah yang terlalu ketat dan
kaku, pengajaran yang tidak didasarkan pada pemikiran, tetapi pada tingkat
fakta-fakta. Apa yang dianggap baru dalam sistem pendidikan, ada kalanya
tidaklah baru sama sekali. Plato (427-347 S.M), seorang murid Socrates, dalam
bukunya Republica telah menyatakan :
hindarkanlah paksaan dalam pendidikan dan antarlah pelajaran anak-anak itu ke
dalam bentuk permainan. Pengetahuan tak dapat ditanamkan secara mekanik,
belajar harus didasarkan pada keinginan anak itu sendiri untuk belajar.
B.
Rumusan
Masalah
1.
Apa pengertian belajar ?
2.
Bagaimana tujuan-tujuan belajar?
3.
Bagaimana halikat mengajar?
4.
Perubahan perilaku apa yang diperoleh
dalam belajar?
C.
Tujuan
1.
Untuk mengetahui pengertian belajar.
2.
Untuk memperoleh tujuan-tujuan
belajar.
3.
Untuk dapat memahami halikat mengajar.
4.
Untuk mengetahui perubahan perilaku apa yang diperoleh
dalam belajar.
BAB
II
TINJAUAN PUSTAKA
A. BELAJAR
1. Pengertian
Belajar
Belajar
adalah perubahan tingkah laku yang relative mantap berkat latihan dan
pengalaman. Belajar sesungguhnya adalah ciri khas manusia dan yang membedakan
dengan binatang. Belajar yang dilakukan oleh manusia merupakan bagian dari
hidupnya, berlangsung seumur hidup, kapan saja, dan dimana saja, baik
disekolah, dikelas, dijalanan dalam waktu yang tak ditentukan sebelumnya. Namun
demikian, satu hal sudah pasti bahwa belajar dilakukan manusia senantiasa oleh
iktikad dan maksud tertentu ( Oemar Hamalik: 2004 : 154). Belajar adalah
mengalami dalam arti belajar terjadi dalam interaksi antara individu dengan
lingkungan, baik lingkungan fisik maupun lingkungan social. Lingkungan fisik,
contohnya buku, alat peraga, alam sekitar. Lingkungan pembelajaran yang baik adalah
lingkungan yang merangsang dan menantang siswa belajar ( Udin S. Winata Putra,
dk : 2002 : 2.3)
Skiner
(dalam Mumamad Tohri : 2007 : 4) berpandangan bahwa belajar adalah suatu
perilaku pada saat orang belajar maka responnya menjadi kuat, bila ia tidak belajar
maka responnya menurun. Dalam belajar ditemukan adanya hal berikut : 1)
Kesempatan terjadinya peristiwa yang menimbulkan respon belajar, 2) Respon
Pembelajaran, dan 3) konsekuensi yang bersifat menguatkan respon tersebut.
Dalam
belajar ditemukan adanya hal berikut :
1.
Kesempatan
terjadinya peristiwa yang menimbulkan respon belajar.
2.
Respon
Pembelajaran,.
3.
konsekuensi
yang bersifat menguatkan respon tersebut.
Belajar
(Learning) adalah salah satu topic paling penting di dalam psikologi dewasa
ini, namun konsepnya sulit untuk didefinisikan. American Heritage Dictionary
mendefinisikan sebagai berikut: “To gain
knowledge, comprehension, or mastery Throughnexperince or study” (Untuk
mendapatkan pengetahuan, pemahaman, atau penguasaan melalui pengalaman atau studi).
Tetapi kebanyakan psikolog masnganggap
definisi ini tidak bisa diterima sebab ada istilah yang samar di dalamnya
seperti pengetahuan, pemahaman, dan penguasaan. Sepanjang beberapa tahun ini
belakangan ini ada kecenderungan untuk menerima definisi belajar yang merujuk
pada perubahan dalam perilaku yang dapat diamati. Salah satu yang paling
populer adalah definisi yang dikemukakan oleh Kimball (1961) yang
mendefinisikan belajar sebagai perubahan
yang relative permanen di dalam Behavioral Potentiality (Potensi Behavioral)
yang terjadi sebagai akibat dari reinforced practice (praktik yang diperkuat).
2.
Tujuan Belajar
Menurut Sardiman (2004), mengemukakan bahwa pada dasarnya tujuan belajar
terdapat tiga jenis, yaitu :
a)
Untuk
mendapatkan pengetahuan, yaitu suatu cara untuk mengembangkan kemampuan
berpikir bagi anak untuk memperoleh pengetahuan dan kemampuan berpikir. Dengan
tujuan belajar ini akan lihat tepat sistem presentasi atau pemberian tugas
materi pelajaran.
b)
Untuk
penanaman konsep dan keterampilan yaitu suatu cara belajar menghadapi dan
menangani objek-objek secara fisik dan psikhis. Pencapaian tujuan belajar ini
cenderung dilakukan dengan cara pendemonstrasian, pengamatan, dan pelatihan.
c)
Untuk
pembentukan sikap, yaitu suatu kegiatan untuk menumbuhkan sikap mental,
perilaku dan pribadi anak. Pencapaian tujaun belajar ini dengan cara pemberian
contoh perilaku yang perlu ditiru atau tidak dengan mengarahkan anak dalam
kegiatan mengamati, meniru dan mencontoh.
B. HAKIKAT MENGAJAR
Sama halnya dengan belajar, mengajar
pun pada hakikatnya adalah suatu proses yaitu proses mengatur,
mengorganisasikan lingkungan yang ada disekitar anak didik sehingga dapat
menumbuhkan dan mendorong anak didik melakukan proses belajar. Pada tahap
berikutnya mengajar adalah proses memberikan bimbingan/bantuan kepada anak
didik dalam melakukan proses belajar. Akhirnya, bila hakikat belajar adalah
perubahan maka hakikat belajar mengajar adalah proses pengaturan yang dilakukan
oleh guru. Dalam kegiatan belajar mengajar guru sebaiknya memperhatikan
perbedaan individu anak didik, yaitu pada aspek biologis, intelektual, dan
psikologis. Kerangka berpikir demikian dimaksud agar guru mudah dalam melakukan
pendekatan kepada anak didik secara individual. Pemahaman terhadap ketiga aspek
tersebut dapat merapatkan hubungan guru dengan anak didik, sehingga memudahkan
melakukan pendekatan masteru learning dalam mengajar. Masteri learning adalah
salah satu strategi belajar mengajar pendekatan individual. Mastery learning
adalah kegiatan yang meliputi dua kegiatan yaitu program pengayaan dan program
perbaikan ( Suharsimi Arikunto : 1998 : 31)
Vernon S. Gerlach & Donal P. Elay dalam bukunya Teaching
& Media – A systematic Approach mengemukakan terjadinya belajar dengan
mengaitkan belajar dan perubahan perilaku, sedangkan perilaku itu adalah
tindakan yang dapat diamati. Dengan kata lain, perilaku adalah suatu tindakan
yang dapat diamati atau hasil yang diakibatkan oleh tindakan atau beberapa
tindakan yang dapat diamati.
Definisi-definisi yang telah dikemukakan itu diberikan oleh
ahli-ahli yang berbeda-beda pendiriannya, berbeda titik tolaknya. Akan tetapi
kalau dikaji dapat juga disimpulkan sebagai berikut :
1. Belajar itu
membawa perubahan dalam arti perubahan perilaku, baik aktual, maupun potensial.
2. Perubahan itu
pada dasarnya adalah perolehan kecakapan baru.
3. Perubahan itu
terjadi karena pengalaman, baik yang diusahakan dengan sengaja, maupun yang
tidak diusahakan dengan sengaja.
Apakah mengajar
itu ? William C. Morse & G. Max Wingo (1962) mengemukakan tiga macam
definisi mengajar, yaitu definisi tradisional, definisi menurut kamus, dan
definisi mutakhir.
1.
Secara tradisional mengajar diartikan sebagai proses memberikan
kepada pelajar pengetahuan da keterampilan yang diperlukan untuk menguasai mata
pelajaran yang telah ditentukan.
2.
Definisi kamus, mengajar diartikan sebagai menunjukkan bagaimana mengerjakan,
menjadikan mengerti, memberi instruksi kepada.
3.
Definisi mutakhir merumuskan mengajar sebagai sistem kegiatan untuk membimbing
atau merangsang belajar anak mengerti dan membimbing anak sebagai indisvidu dan
sebagai kelompok dengan maksud terpenuhinya kelengkapan pengalaman belajar yang
memungkinkan setiap anak dapat berkembang terus secara teratur mencapai
kedewasaannya.
C.
PERUBAHAN
PERILAKU DALAM BELAJAR
Dari beberapa
pengertian belajar tersebut diatas, kata kunci dari belajar adalah perubahan
perilaku. Dalam hal ini, Moh Surya (1997) mengemukakan ciri-ciri dari perubahan
perilaku, yaitu :
1. Perubahan yang disadari
dan disengaja (intensional).
Perubahan perilaku yang terjadi merupakan usaha sadar dan
disengaja dari individu yang bersangkutan. Begitu juga dengan hasil-hasilnya,
individu yang bersangkutan menyadari bahwa dalam dirinya telah terjadi
perubahan, misalnya pengetahuannya semakin bertambah atau keterampilannya
semakin meningkat, dibandingkan sebelum dia mengikuti suatu proses belajar.
Misalnya, seorang mahasiswa sedang belajar tentang psikologi pendidikan. Dia
menyadari bahwa dia sedang berusaha mempelajari tentang Psikologi Pendidikan.
Begitu juga, setelah belajar Psikologi Pendidikan dia menyadari bahwa dalam
dirinya telah terjadi perubahan perilaku, dengan memperoleh sejumlah
pengetahuan, sikap dan keterampilan yang berhubungan dengan Psikologi
Pendidikan.
2.
Perubahan yang berkesinambungan (kontinyu)
Bertambahnya pengetahuan atau keterampilan yang dimiliki pada
dasarnya merupakan kelanjutan dari pengetahuan dan keterampilan yang telah
diperoleh sebelumnya. Begitu juga, pengetahuan, sikap dan keterampilan yang telah
diperoleh itu, akan menjadi dasar bagi pengembangan pengetahuan, sikap dan
keterampilan berikutnya. Misalnya, seorang mahasiswa telah belajar Psikologi
Pendidikan tentang “Hakekat Belajar”. Ketika dia mengikuti perkuliahan
“Strategi Belajar Mengajar”, maka pengetahuan, sikap dan keterampilannya
tentang “Hakekat Belajar” akan dilanjutkan dan dapat dimanfaatkan dalam
mengikuti perkuliahan “Strategi Belajar Mengajar”.
3. Perubahan yang
fungsional.
Setiap perubahan perilaku yang terjadi dapat dimanfaatkan
untuk kepentingan hidup individu yang bersangkutan, baik untuk kepentingan masa
sekarang maupun masa mendatang. Contoh : seorang mahasiswa belajar tentang
psikologi pendidikan, maka pengetahuan dan keterampilannya dalam psikologi
pendidikan dapat dimanfaatkan untuk mempelajari dan mengembangkan perilaku
dirinya sendiri maupun mempelajari dan mengembangkan perilaku para peserta
didiknya kelak ketika dia menjadi guru.
4. Perubahan yang bersifat
positif.
Perubahan perilaku yang terjadi bersifat normatif dan menujukkan
ke arah kemajuan. Misalnya, seorang mahasiswa sebelum belajar tentang Psikologi
Pendidikan menganggap bahwa dalam dalam Prose Belajar Mengajar tidak perlu
mempertimbangkan perbedaan-perbedaan individual atau perkembangan perilaku dan
pribadi peserta didiknya, namun setelah mengikuti pembelajaran Psikologi
Pendidikan, dia memahami dan berkeinginan untuk menerapkan prinsip – prinsip
perbedaan individual maupun prinsip-prinsip perkembangan individu jika dia
kelak menjadi guru.
5. Perubahan yang bersifat
aktif.
Untuk memperoleh perilaku baru, individu yang bersangkutan
aktif berupaya melakukan perubahan. Misalnya, mahasiswa ingin memperoleh
pengetahuan baru tentang psikologi pendidikan, maka mahasiswa tersebut aktif
melakukan kegiatan membaca dan mengkaji buku-buku psikologi pendidikan,
berdiskusi dengan teman tentang psikologi pendidikan dan sebagainya.
6. Perubahan yang bersifat
pemanen.
Perubahan perilaku yang diperoleh dari proses belajar
cenderung menetap dan menjadi bagian yang melekat dalam dirinya. Misalnya,
mahasiswa belajar mengoperasikan komputer, maka penguasaan keterampilan
mengoperasikan komputer tersebut akan menetap dan melekat dalam diri mahasiswa
tersebut.
7. Perubahan yang
bertujuan dan terarah.
Individu melakukan kegiatan belajar pasti ada tujuan yang
ingin dicapai, baik tujuan jangka pendek, jangka menengah maupun jangka
panjang. Misalnya, seorang mahasiswa belajar psikologi pendidikan, tujuan yang
ingin dicapai dalam panjang pendek mungkin dia ingin memperoleh pengetahuan,
sikap dan keterampilan tentang psikologi pendidikan yang diwujudkan dalam
bentuk kelulusan dengan memperoleh nilai A. Sedangkan tujuan jangka panjangnya
dia ingin menjadi guru yang efektif dengan memiliki kompetensi yang memadai
tentang Psikologi Pendidikan. Berbagai aktivitas dilakukan dan diarahkan untuk
mencapai tujuan-tujuan tersebut.
8. Perubahan perilaku
secara keseluruhan.
Perubahan perilaku belajar bukan hanya sekedar memperoleh
pengetahuan semata, tetapi termasuk memperoleh pula perubahan dalam sikap dan
keterampilannya. Misalnya, mahasiswa belajar tentang “Teori-Teori Belajar”,
disamping memperoleh informasi atau pengetahuan tentang “Teori-Teori Belajar”,
dia juga memperoleh sikap tentang pentingnya seorang guru menguasai
“Teori-Teori Belajar”. Begitu juga, dia memperoleh keterampilan dalam
menerapkan “Teori-Teori Belajar”.
Menurut Gagne (Abin Syamsuddin Makmun, 2003),
perubahan perilaku yang merupakan hasil belajar dapat berbentuk :
Ø Informasi verbal
yaitu penguasaan informasi dalam bentuk verbal, baik secara tertulis maupun
tulisan, misalnya pemberian nama-nama terhadap suatu benda, definisi, dan
sebagainya.
Ø Kecakapan intelektual yaitu keterampilan individu dalam melakukan interaksi
dengan lingkungannya dengan menggunakan simbol-simbol, misalnya: penggunaan
simbol matematika. Termasuk dalam keterampilan intelektual adalah kecakapan
dalam membedakan (discrimination), memahami konsep konkrit, konsep abstrak,
aturan dan hukum. Ketrampilan ini sangat dibutuhkan dalam menghadapi pemecahan
masalah.
Ø Strategi kognitif
kecakapan individu untuk melakukan pengendalian dan pengelolaan keseluruhan
aktivitasnya. Dalam konteks proses pembelajaran, strategi kognitif yaitu
kemampuan mengendalikan ingatan dan cara – cara berfikir agar terjadi aktivitas
yang efektif. Kecakapan intelektual menitikberatkan pada hasil pembelajaran,
sedangkan strategi kognitif lebih menekankan pada pada proses pemikiran.
Ø Sikap
yaitu hasil pembelajaran yang berupa kecakapan individu untuk memilih macam
tindakan yang akan dilakukan. Dengan kata lain. Sikap adalah keadaan dalam diri
individu yang akan memberikan kecenderungan vertindak dalam menghadapi suatu
obyek atau peristiwa, didalamnya terdapat unsur pemikiran, perasaan yang
menyertai pemikiran dan kesiapan untuk bertindak.
Ø Kecakapan motorik;
ialah hasil belajar yang berupa kecakapan pergerakan yang dikontrol oleh otot
dan fisik.
Sementara itu, Moh. Surya (1997) mengemukakan bahwa hasil
belajar akan tampak dalam :
1. Kebiasaan;
seperti : peserta didik belajar bahasa berkali-kali menghindari kecenderungan
penggunaan kata atau struktur yang keliru, sehingga akhirnya ia terbiasa dengan
penggunaan bahasa secara baik dan benar.
2. Keterampilan;
seperti : menulis dan berolah raga yang meskipun sifatnya motorik,
keterampilan-keterampilan itu memerlukan koordinasi gerak yang teliti dan
kesadaran yang tinggi.
3. Pengamatan;
yakni proses menerima, menafsirkan, dan memberi arti rangsangan yang masuk
melalui indera-indera secara obyektif sehingga peserta didik mampu mencapai
pengertian yang benar.
4. Berfikir asosiatif;
yakni berfikir dengan cara mengasosiasikan sesuatu dengan lainnya dengan
menggunakan daya ingat.
5. Berfikir rasional dan
kritis yakni menggunakan prinsip-prinsip dan dasar-dasar
pengertian dalam menjawab pertanyaan kritis seperti “bagaimana” (how) dan
“mengapa” (why).
6. Sikap
yakni kecenderungan yang relatif menetap untuk bereaksi dengan cara baik atau
buruk terhadap orang atau barang tertentu sesuai dengan pengetahuan dan
keyakinan.
7. Inhibisi
(menghindari hal yang mubazir).Apresiasi (menghargai karya-karya
bermutu.
8. Perilaku afektif
yakni perilaku yang bersangkutan dengan perasaan takut, marah, sedih, gembira,
kecewa, senang, benci, was-was dan sebagainya.
Sedangkan menurut Bloom, perubahan perilaku yang terjadi
sebagai hasil belajar meliputi perubahan dalam kawasan (domain) kognitif,
afektif dan psikomotor, beserta tingkatan aspek-aspeknya.
\
BAB II
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Berdasarkan
isi makalah tentang hakikat mengajar, kami dapat menyimpulkan bahwa:
1.
Belajar adalah perubahan tingkah laku yang relative
mantap berkat latihan dan pengalaman. Belajar sesungguhnya adalah ciri khas
manusia dan yang membedakan dengan binatang.
2.
Hakikat
mengajar adalah suatu proses yang
mengatur, mengorganisasikan lingkungan yang ada disekitar anak didik
sehingga dapat menumbuhkan dan mendorong anak didik melakukan proses belajar.
3.
Perubahan perilaku yang terjadi sebagai
hasil belajar meliputi perubahan dalam kawasan (domain) kognitif, afektif dan psikomotor,
beserta tingkatan aspek-aspeknya.
4.
Perubahan perilaku yang merupakan hasil
belajar dapat berbentuk Informasi verbal, Kecakapan intelektual, Strategi kognitif kecakapan individu,
sikap dan Kecakapan
motorik.
B. SARAN
Dalam
pembuatan makalah ini masih banyak kesalahan baik dari isi maupun yang umelatar
belakangi judul makalah tersebut. Maka kami sebagai penyusun makalah ini
meminta saran mapun kritikan yang bersifat membangun demi kesempurnaan dari
makalah ini baik edisi sebelumnya dan selanjutnya dan sebaiknya dalam pembuatan makalah menggunakan
referensi yang banyak agar makalah kelihatan sempurna.
DAFTAR
PUSTAKA
Haling, Abdul. 2007. Belajar
dan Pembelajaran. Makassar: Badan penerbit UNM.
Hamalik,
Oemar. 2005. Proses Belajar Mengajar.
Jakarta: Bumi Aksara.
Sabri ahmad. 2007. Strategi Belajar Mengajar Micro
Teaching. Padang : Quantum Teaching.
Sahabuddin. 2007. Mengajar dan Belajar. Makassar :
Badan Penerbit UNM Makassar.